Sabtu, 01 Mei 2010

Membangun Bangsa Tidak Cukup dengan Kecerdasan Intelektual

26 April 2010
Hari di mana pengumuman hasil UN diumumkan. Malam sebelum pengumuman, aku sempat main ke rumah salah seorang sahabatku, di sana kami ngobrol tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi esok harinya. Hari sudah semakin larut dan aku pun memutuskan untuk pulang karena aku juga sudah cukup mengantuk. Sesampainya di rumah rasa kantuk itu tiba-tiba hilang lalu aku tidak bisa tidur hingga adzan subuh pum berkumandang. Aku lalu mengambil air wudhu dan mendirikan shalat subuh, baru setelah itu aku bisa memejamkan mataku.

Sekitar pukul 08.00 WIB, aku terbangun dari tidurku dan turun ke lantai bawah untuk mengingatkan ayahku untuk mengambil hasil UN. Di mana semua teman-temanku sedang berada di sekolah menunggu hasil UN, aku masih saja berada di rumah, tak ada sedikit pun niat untuk berangkat ke sekolah karena aku masih mengantuk. Aku pun melanjutkan tidur.

Setelah bangun tidur aku melihat handphoneku, ada tiga pesan masuk, menayakan tentang kelulusanku. Aku tidak langsung membalas pesan tersebut karena aku sendiri juga belum tahu hasilnya. Lalu aku turun, mendirikan shalat dzuhur, setelah itu aku melihat surat keterangan bahwa aku lulus.

Sore harinya aku baru membalas ketiga pesan tersebut, mereka pun membalas dengan mengucapkan selamat. Setelah itu aku pun juga mengirimkan beberapa pesan kepada beberapa teman untuk menanyakan tentang hasil UN mereka. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa mereka lulus dan salah satu sahabatku berkata bahwa dia harus mengulang pada mata pelajaran matematika. Meskipun begitu dia menjawab begitu santai seperti tanpa beban.
Bahkan saat aku tanya, "Kowe nyonto ora lek?" (Kamu nyontek tidak?)
Dia malah menjawab dengan guyonan yang menurutku begitu cerdas.
Dia berkata, "Ora lah (ya engga lah). Itu pelanggaran konstitusi . Dalam UUD '45 sudah tertuang jelas bahwa subtansi pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Berarti kalau nyonto itu inkonstitusional. hahaha.
Obsesi negarawan. hahaha."

Melihat dia menjawab seperti itu, aku seperti mendapatkan beberapa point penting.

Pertama, dia lulus dalam ujian kejujuran. Mungkin bebarapa dari kita akan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan tanpa memperhatikan nilai kejujuran yang kita yakini bahwa kejujurah itu hal yang baik. Jika ada hal yang baik, kenapa sebagian dari kita memilih yang tidak baik?

Yang kedua, untuk membangun bangsa tidak cukup dengan orang-orang yang cerdas intelektual, tetapi juga harus cerdas secara moral. Sudah banya orang yang pintar di Indonesia ini, akan tetapi orang baik yang sulit ditemukan. Kita tahu beberapa kasus korupsi dan mafia hukum, mereka yang terlibat kasus tersebut adalah orang-orang yang cerdas di bidangnya, namun terjadi krisis moral dalam dirinya.

Jadi, apakah cukup kita lulus hanya dengan mendapatkan nilai yang 'qualified' tanpa memperhatikan bagaimana porses kita mendapatkan nilai yang 'qualified' tersebut. Apakah dengan cara yang baik?

Think about it!

Satu pesan masuk, pesan ini datang dari seorang sahabatku yang menanyakan keberadaanku saat pengumuman kelulusan diumumkan. Aku hanya menjawab seadanya. Lalu sahabatku itu mencerita bagaimana serunya teman-teman yang merayakan kelulusan mereka dengan mencorat-coret sragam mereka dengan cat semprot. Aku pikir memang seru seperti itu, tapi apakah tidak terlalu cepat untuk merayakan itu semua? Aku lalu teringat status facebook dari seorang temanku yang intinya, selesai masalah samadengan dimulainya masalah baru. Memang benar juga, setelah kelulusan ini akan datang tanda tanya besar yang menanti kita di depan.
Mau kemana kita?
Apa yang akan kita lakukan setelah ini?
Pertanyaan yang sederhana memang, tapi tidak sesederhana masalah yang muncul dari pertanyaan tersebut. Yang jelas, walaupun kita telah lulus, perjuangan belum usai, dan jangan sampai setelah kita melewati ini, kita larut dalam 'euphoria'. Untuk teman-teman yang belum lulus, tetaplah bersemangat, jangan putus asa, belum tentu yang sudah lulus itu lebih baik dari kamu, kawan.


Untuk membangun bangsa, tidak cukup hanya dengan kecerdasan intelektual, nilai moral dan kejujuran juga sangat penting dalam peran pembangunan.

Kelulusan bukan final, ini adalah awal dari masalah baru, jangan larut dalam 'euphoria' dan tetaplah berjuan. Bagi yang BELUM (aku sengaja menggunakan kata itu, karena kalian pasti akan lulus) lulus, tetap semangat dan jangan larut dalam kesedihan, masih ada kesempatan, jangan disia-siakan. Mereka yang sudah lulus juga belum tentu lebih baik dari yang belum lulus.


Tetap semangat!

1 komentar: