Rabu, 05 Mei 2010
Kita V.S. Mereka: Tidak Hanya Sekedar Lagu tetapi Juga Pesan Moral
Superman is Dead, sebagian dari kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar nama band punk rock asal Bali tersebut. Band yang digawangi oleh Boby Kool (guitar/vocal), Eka Rock (bass/vocal), dan Jrx (drum) ini sudah mempengaruhi pemikiran saya tentang Indonesia dan bagaimana kita meyikapi keanekaragaman yang dimiliki Indonesia.
Mari kita simak lyric lagu "Kita V.S. Mereka" yang menurutku tidak hanya sekedar lagu, tetapi juga pesan moral.
Kita V.S. Mereka
Hey kau yang terluka kar'na engkau berbeda
Jangan pernah menyerah hancurkan kesedihan
Kita 'kan bersama ayo lawan dunia
Injak kesombongan dan keangkuhannya
Kita bukan mereka
Kita bukan anak bangsa sempurna
Kita bukan bangsawan nan rupawan yang harus dihormati
Hormatilah keseragaman, kedangkalan hidup di dunia
Jarum dan tinta, kulit berwarna
Buktikan ku bisa, akan ku rubah dunia
Kita s'lalu ditekan, dilupakan, tersudut, dan terdiam
Orang-orang memuja pemikiran sempit nan membosankanku
Ku akan teriak hingga kaca pecah terserak
Ku angkat gelas, kita nyanyikan lagu perlawanan
Kita V.S. Mereka!
Kenapa kita mesti seragam
Mungkinkah kita hidup saling jaga walaupun berbeda.
Nah, itu penggalan lyric dari lagu "Kita V.S. Mereka".
Lagu itu sangat cocok untuk menggambarkan keadaan Indonesia yang mempunyai keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan, yang masing-masing dari kelompok-kelompok tersebut memiliki kebudayaan dan cara pandang yang berbeda dengan kelompok lain. Beberapa yang berbeda dianggap aneh dan lebih rendah hanya karena berbeda.
Sebenarnya apa yang salah dengan berbeda? Atau pemikiran sempit kita yang menyebabkan perbedaan menjadi masalah?
Sebenarnya kita itu sama, tidak ada yang lebih tinggi atau pun lebih rendah dari adanya perbedaan, semuannya mempunyai peran masing-masing dalam sistem sosial. Bayangkan saja jika semuanya sama! Semua orang adalah pedagang, lalu siapa yang akan membeli barang dagangan tersebut? Lalu siapa yang akan memproduksi barang yang akan diperjual-belikan?
Bukan kah karena adanya perbedaan tersebut kita bisa saling melengkapi dan saling menjaga. Bukan malah bepegang teguh pada paham-paham entosentrisme dan primodialisme yang cenderung menganggap suku atau kelompoknya lebih tinggi dari yang lain dan semerta-merta merendahkan kelompok lain.
Marilah kita tundukkan kepala agar tidak merasa lebih tinggi dari yang lain dan busungkan dada agar tidak merasa lebih rendah dari yang lain. Marilah kita hargai keanekaragaman ini, karena masing-masing mempunyai peran dalam membangun bangsa ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar